Selasa, 29 Desember 2015

Happy New Year

Dalam kehidupan sering kita menemui sebuah persimpangan jalan sehingga kita bingung harus memilih yang mana, begitu juga dalam sebuah hubungan persimpangan itu sering disebut sebagai stay even it’s hurt or let it go even its hard. Namun itu akan selalu menjadi sebuah pertanyaan yang berbeda jawabannya untuk setiap individu.

Kembali beberapa bulan kebelakang, hari itu kami duduk di kereta yang sama, suara bising rem kereta yang selalu berhenti di setiap stasiun, semua orang yang sibuk dengan gadgetnya, handler kereta yang menggantung menunggu untuk diraih, kursi kosong yang warnanya kian pudar diduduki orang yang berbeda setiap harinya, serta pemandangan kota Jakarta yang berkilau dari kaca jendela kereta.

Kami berbincang berdua, tersenyum, membicarakann hal paling penting seperti how we gonna spend this night hingga membicarakan carut marutnya tim sepakbola yang kami dukung, parahnya malam itu kita membicarakan tentang politik. Aneh memang. Tapi itu semua yang membuatku terkesima dengan betapa cerdas dirinya dan membuatku lupa akan segala hal ketika berbincang dengannya.

Satu headset untuk satu telinga kita masing masing, music player memainkan lagu yang sama sama kita suka, musisi lulusan Berkley Music Institute yang sudah tidak asing di telinga kita, permainan gitarnya mempesona. “I wish I can play her one of his song in front of you” ya itu yang terlintas dan selalu jadi impianku bahkan hingga hari ini.

Menerima adalah hal yang sulit apapun alasannya namun aku tidak pernah sulit untuk menerima segala hal keanehan dalam dirinya. Kekurangan dimiliki semua orang namun hal yang sama seperti keanehan yang dimiliki sesosok yang tepat duduk disampingku itu, aku bisa menerimanya tanp harus berpikir 2 kali.

Dia tidaklah sempurna namun susah untuk tidak melupakan senyumannya dalam lamunan. Genggamannya yang secara misterius selalu terasa pas ditangan. Hingga lesung pipit yang mencoba mengintip dari bawah pipinya. Sederhana namun dia meletakkan suatu yang berbeda dalam hidupku selama ini.

Cahaya lampu monumen nasional yang gemerlap sudah terlihat. Ramai sesak orang bergerombol untuk menuju pendaran cahaya yang seakan menghipnotis untuk kita datangi. Bukan hanya lagi kumpulan seseorang tapi lautan orang berjejal namun satu hal yang paling kuingat adalah bagaimana aku tidak pernah sulit untuk mencari alasan untuk menggengam tangannya. Hari itu adalah hari yang akan selalu kuingat bukan hanya untuk hari ini namun untuk esok yang aku tidak tahu entah kapan.
Jam menunjukan jam 23.57 beberapa  menit lagi menuju pergantian tahun. Aku hanya berdiri merangkul bahu orang yang spesial begitu aku mendeskripsikan dia. Ya hanya spesial karena aku tidak tahu bagaimana lagi cara untuk menunjukan betapa menakjubkan orang yang berdiri tepat di rangkulan tanganku.

Suara, warna hingga asap mendekorasi gelapnya malam wajah ibu kota yang tadinya hanya dihiasi bintang. Semua orang terpaku untuk melihat kerlipan kembang api. Semua orang kecuali diriku yang terpana hanya untuk melihat wajahnya yang disinari oleh ratusan juta cahaya yang ada di langit. Dia begitu indah melebihi semua kembang api yang ada di langit untuk merayakan pergantian tahun. Aku merayakan kebahagiaanku atas dirinya yang masih berada di sisiku saat itu juga. Senyumnya indah.
We  make a wish berharap semua itu akan terjadi lagi bersama sama kita menjalani suatu waktu yang istimewa untuk kita kenang. Hal sederhana yang berkesan. Hari itu indah untuk melihat keduanya kembang api dan dia. Namun hari ini aku duduk dan hanya bisa merasakan apakah waktu itu yang kita jalani adalah hanya backward dari sebuah event yang sebenarnya sudah kita lakukan berulang kali. Semua berulang kembali seperti hal yang terus berputar tanpa perkembangan hingga akhirnya mencapai klimaks yaitu kebosanan.

Kulihat dirinya kini sudah terbagi, hatinya sudah tertaut untuk orang lain, yang tersisa hanya segelintir memori indah. Memori indah yang sudah terpatri dibalik otak seorang manusia. Lucu memang adanya bagaimana otak bekerja dalam mengambil keputusan dan harus dieksekusi oleh hati.
Kemudian semua hal itu kini mencapai suatu persimpangan dimana semuanya harus berakhir antara 2 pilihan. Stay or go dua pilihan kata yang sederhana namun butuh putaran roda waktu yang tidak sedikit untuk menjawabnya, bahkan hingga hari ini jawabannya sama dan tidak berubah. Aku hanya berdiri di persimpangan jalan itu.

Happy New Year, я люблю тебя.